Untuk memperingati DIRGAHAYU RI ini, aku ingin memberi sedikit perbandingan antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Pada tanggal 25 Juni 1950, perang Korea meletus. Korea, negara yang hancur karena di jajah Jepang dan perang saudara. Salah satu wartawan perang menyatakan "Berharap terjadi kesejahteraan ekonomi dari Korea itu seperti berharap ada mawar tumbuh di dalam tong sampah". Pada tahun 1960-an mulai tercapai percepatan ekonomi melalui pemanfaatan lahan dan pembangunan ekonomi. Pada tahun 1980-an dimulai pengembangan teknologi dan pada tahun 1988 menjadi tuan rumah Olimpiade dengan membuka 88 jalan tol untuk Olimpiade dan ekspansi Gimpo International Airport. Sebuah titik perubahan bagi Korea untuk diterima oleh komunitas internasional dan menaikkan percaya diri rakyat Korea. Pada tahun 2000, pendapatan nasional Korea melonjak hingga 84% yang merupakan keempat tertinggi di OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). Seorang wartawan ekonomi dari Perancis mengatakan "Korea pasti meminum suatu pil ajaib". Pada tahun 2002 menjadi tuan rumah Fifa World Cup bersama Jepang, negara yang pernah menjajah Korea. Korea adalah mantan budak, sedangkan Jepang adalah mantan tuan. Pada tahun 2002, Korea seakan-akan menyatakan diri bahwa mereka telah SETARA dengan Jepang yang pernah menjajah mereka. Ajang Fifa World Cup ini merupakan ajang bagi rakyat Korea untuk unjuk gigi bahwa mereka telah menjadi lebih baik dan lebih kuat dari negara yang pernah menjajah mereka. Korea mencapai semifinal dan meraih peringkat ke-4 di turnamen ini dan rakyat Korea menginspirasi dunia dengan semangat luar biasa mendukung tim sepak bola mereka. Tahun 2010, Korea menjadi tuan rumah G20 Summit. Berdiri diantara negara-negara terkuat di dunia. 50 tahun yang lalu media dunia menyatakan "Sangat sulit untuk membangun negara ini walaupun ada waktu lebih dari 200 tahun". Tapi hanya 60 tahun setelah perang Korea, Korea menjadi salah satu dari 10 negara ekonomi terkuat di dunia dan menjadi tuan rumah G20 Summit (sumber: http://indonesiasetara.org/).
Lalu bagaimana dengan perekonomian Indonesia??
Di tengah dinamika ekonomi global yang terus-menerus berubah dengan akselerasi yang semakin tinggi, Indonesia mengalami terpaan badai krisis yang intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju kebangkrutan ekonomi. Krisis ekonomi - yang dipicu oleh krisis moneter - beberapa waktu yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap tiga hal. Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir. Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat "tambal-sulam", ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar. Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan sepenuhnya untuk menyelamatkan sektor modern dari titik kehancuran. Sementara itu, sektor tradisional, sektor informal, dan ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini seakan-akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah menggema.
Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan crony capitalism yang telah membuat struktur perekonomian menjadi sangat rapuh terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang sempat dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat "dianak-tirikan", sektor pertanian pun juga tak kunjung baik sebagai penopang laju industrialisasi. Yang saat itu terjadi adalah derap industrialisasi melalui serangkaian kebijakan yang cenderung merugikan sektor pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu berkembang secara sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia. Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan kecenderungan tersebut adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan politik (economic and political adjustment) tidak berlangsung secara mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism nyata-nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi, namun mengakibatkan ekses yang ujung-ujungnya justru counter productive bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi perekonomian mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya perekonomian menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan.
Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan tapi pasti telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi. Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan praktik-praktik korupsi itu. Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya solidaritas sosial. (Sumber : Hery Nugroho, SE : adalah mahasiswa Program Magister Ekonomika Pembangunan UGM Angkatan XVI, konsentrasi Pembangunan Daerah. Sejak 1992 bekerja sebagai staf Peneliti pada Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (d/h PAU Studi Ekonomi), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.)
Bagaimana pandanganku tentang budaya antara Indonesia dengan Korea Selatan??
Ketika aku melihat acara TV di KorSel, aku terheran-heran karena setiap ada acara TV perkelahian maka darah dan senjata tajam akan disensor (gambarnya di blur kan). Sedangkan di Indonesia, acara TV seperti itu tidak ada pensensoran malah diminati banyak orang dan mendapatkan rating tinggi, yang ada cuma heboh pensensoran goyangan dewi perss*k. Ketika aku melihat demo buruh orang korea di Gunamno Gwangju, demo mereka sangat tertib dan menampikan kesenian Korea untuk mendapatkan simpati masyarakat luas. Lain halnya di Indonesia, pasti diwarnai lemparan batu dan gas air mata. Dari sini bisa dilihat kalau sebagian rakyat Indonesia cenderung pro kekerasan dan vandalism tetapi anti pornografi. Bagaimana dengan birokrasi Indonesia sendiri? Carut marut dan panjangnya proses birokrasi bukan lagi rahasia umum, dari hal terkecil seperti pembuatan KTP hingga proses keberangkatanku bekerja ke Korea tidak terlepas dari berliku-likunya birokrasi tersebut dan dapat diatasi dengan adanya "pelicin", sedangkan di Korsel di jamin gratis dan lebih cepat di banding Indonesia. Aku ambil contoh pengalamanku ketika memperbaiki laptop ku yang rusak, counter laptop tersebut tidak menanyakan garansi dan tetek bengeknya tetapi mereka langsung percaya dan memperbaikinya dan hebatnya lagi aku tidak dipungut biaya alias gratis..tis...tis..... hehee....
Foto-foto demo buruh di gunamno
Dari postingan ini, apakah aku pesimis dengan negaraku Indonesia tercinta? Aku jawab "TIDAK" karena aku CINTA alam INDONESIA tapi tidak dengan private sectors dan pemerintahnya, AKU CINTA keramahan orang INDONESIA tapi tidak dengan basa basi busuknya, AKU CINTA panasnya INDONESIA tapi tidak dengan `kepanasan hati` orang-orangnya, AKU CINTA segala kemudahan di INDONESIA tapi tidak dengan `kemudahan` orang-orangnya untuk digoda oleh uang.. SUNGGUH AKU CINTA INDONESIA tapi..dengan caraku sendiri.. Dengan melihat kekurangan negara kita dibanding dengan negara lain, dapat memberikan pelajaran positif untuk memperbaiki negara kita...negara Indonesia tercinta ini. MERDEKAA.....!!
1 komentar:
INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!INDONESIA BISA!
Posting Komentar