Sepulang dari Korea Mahfud (31) membuka kursus bahasa Korea di rumah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Uniknya, Mahfud tidak meminta bayaran kepada calon TKI yang kursus ditempatnya alias gratis. Ia hanya ingin membagi ilmu dan pengalaman kepada CTKI.
Dua kali sudah Mahfud pergi bekerja ke Korea Selatan sebagai TKI, ia bekerja di sektor formal pada perusahaan onderdil mobil. Pada 2002 Mahfud berangkat ke Korea, setelah kontrak kerja selesai pada 2005 ia kemudian pulang ke kampung halamannya di Bima, NTB.
“Tahun pertama saya berangkat ke Korea masih melalui PPTKIS belum melalui BNP2TKI. Barulah tahun kedua saya berangkat ke Korea melalui program Government To Government (G TO G) BNP2TKI,” jelas Mahfud
Pada 2008 Mahfud berangkat kembali ke Korea lewat program G TO G BNP2TKI. Ia bekerja di perusahaan elektronik di daerah Goanjung. Saat berada di Korea, bersama teman-teman TKI lainnya ia tinggal di asrama yang telah disediakan perusahaan.
“Gaji di Korea lumayan besar, gajik pokok perbulannya mencapai Rp 8 juta. Bila ditambah dengan lembur saya bisa dapat Rp 10 juta perbulan,” paparnya. Setelah kontrak kerja selesai pada pertengahan 2010, pria yang lahir di Bima 6 April 1979 ini kembali pulang ke kampung halamannya. Ia merasa senang bisa bekerja ke Korea karena semua hak pekerja terjaga dan terlindungi dengan baik. “Kepada teman-teman TKI saya suka menyarankan lebih baik kerja di sektor formal. Selain terjamin, gaji disektor formal juga lebih besar,” imbuhnya.
Kursus Bahasa Korea Gratis
Empat tahun lamanya berada di Korea membuat Mahfud tahu banyak tentang Korea, termasuk bahasanya. Karena kemampuan bahasa Korea yang ia miliki baik, Mahfud kemudian membuka kursus bahasa Korea di kampungnya. “Saya ingin membagi ilmu dan pengalaman kepada teman-teman TKI khususnya di Bima NTB. Mengingat penguasaan bahasa negara penempatan sangatlah penting. Penguasaan bahasa merupakan modal utama TKI,” paparnya.
Pada Juli 2010, suami dari Widianti ini kemudian membuka kursus bahasa Korea di rumahnya. Ia mengaku sudah ada 45 orang calon TKI yang kursus bahasa Korea. Meskipun masih terbilang baru, ia mengaku sudah banyak calon TKI yang ingin kursus kepadanya. “Saat ini saya tidak meminta bayaran kepada calon TKI yang ikut kursus. Saya masih ingin membagi sedikit ilmu dan pengamalan saja,” tutur Mahfud menambahlkan tujuannya membuka kursus bahasa Korea juga untuk memudahkan calon TKI belajar bahasa Korea. Jika harus belajar ke Jakarta hanya menambah biaya saja, sedangkan jika calon TKI belajar di tempat asal biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah.
Selain membuka kursus bahasa Korea, Mahfud mengaku ingin menjadi petani. Karena itu, sepulang dari Korea ia membeli satu hektar sawah dan menggadai tiga hektar sawah lainnya. “Di sawah itu saya akan menanam padi dan kacang kedelai, sawah itu saya beli dari uang tabungan selama kerja di Korea,” pungkas Finalis Indonesian Migrant Workers ini.***Hapipi
Sumber: afdarien.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar